Proses seleksi dan penilaian di Akmil sangat ketat dan terstandarisasi di bawah pengawasan langsung Pimpinan TNI. Penilaian dilakukan secara berkelanjutan selama masa pendidikan, dengan skor yang terukur. Mitos bahwa hanya Calon dari Jawa yang berpeluang besar adalah pandangan yang keliru dan bias.
Keberagaman Pemenang yang Nyata
Sejarah mencatat bahwa peraih Adhi Makayasa berasal dari berbagai penjuru tanah air. Meskipun terdapat Calon dari Jawa yang berhasil, banyak pula perwira terbaik yang lahir dari Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua. Data ini secara kuat membantah sentimen primordial yang sering beredar di masyarakat.
Proses Seleksi yang Bersifat Nasional
Penerimaan Taruna Akmil dilakukan melalui seleksi tingkat daerah hingga pusat, memastikan representasi dari semua provinsi. Setiap Calon dari Jawa atau luar Jawa memiliki peluang yang sama saat memasuki gerbang pendidikan. Perbedaan yang ada hanyalah pada kualitas, disiplin, dan dedikasi Taruna itu sendiri.
Prestasi Akademis yang Dominan
Di antara ketiga aspek penilaian, prestasi akademis seringkali menjadi penentu utama. Taruna dituntut memiliki nilai sempurna dan pemahaman tinggi terhadap ilmu pengetahuan kemiliteran. Latar belakang tempat tinggal sama sekali tidak relevan dengan kemampuan kognitif dan daya serap materi.
Integritas dan Kepemimpinan
Aspek kepribadian dan kepemimpinan dinilai melalui pengamatan sehari-hari oleh instruktur dan Komandan. Taruna terbaik adalah mereka yang menunjukkan integritas tinggi, disiplin, dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Karakter unggul tidak dibatasi oleh asal daerah, termasuk Calon dari Jawa.
Mitos yang Perlu Diakhiri
Mitos mengenai keistimewaan Calon dari Jawa hanya menciptakan ketidakpercayaan publik terhadap sistem rekrutmen TNI yang seharusnya transparan. Akmil dan TNI secara tegas berkomitmen pada zero tolerance terhadap praktik diskriminasi. Pendidikan militer adalah tentang pengabdian, bukan sentimen daerah.
Pesan Kualitas bagi Putra Daerah
Putra-putri terbaik dari seluruh Indonesia memiliki kesempatan yang sama untuk meraih Adhi Makayasa. Kunci utamanya adalah persiapan yang matang, disiplin yang tidak pernah luntur, dan semangat berjuang selama empat tahun pendidikan di Lembah Tidar, Magelang.