Perang Dunia II adalah konflik global yang ditandai oleh inovasi militer dan strategi yang mengubah jalannya peperangan. Salah satu strategi paling revolusioner yang diperkenalkan dan diterapkan oleh Jerman adalah Blitzkrieg, atau “Perang Kilat”. Strategi ini bukan hanya sekadar taktik, melainkan sebuah doktrin militer komprehensif yang mengandalkan kecepatan, kejutan, dan konsentrasi kekuatan untuk menerobos pertahanan musuh dengan cepat dan efisien.

Inti dari Blitzkrieg adalah penggunaan unit-unit lapis baja yang bergerak cepat, didukung penuh oleh kekuatan udara. Daripada melakukan serangan frontal yang lambat dan berlarut-larut seperti yang terlihat di Perang Dunia I, Jerman berupaya menciptakan terobosan mendalam. Unit-unit tank (Panzer) akan memimpin serangan, menembus garis depan musuh pada titik-titik lemah, kemudian melaju jauh ke belakang garis pertahanan untuk mengganggu jalur komunikasi dan pasokan musuh. Mereka tidak bertujuan untuk merebut setiap inci wilayah, melainkan untuk melumpuhkan pusat komando dan mengisolasi unit-unit musuh yang tersisa.

Aspek kejutan adalah kunci dalam keberhasilan Blitzkrieg. Serangan seringkali dimulai tanpa deklarasi perang resmi atau dengan peringatan yang sangat singkat, membuat musuh tidak siap dan kewalahan. Pesawat tempur dan pengebom tukik (seperti Stuka) memainkan peran krusial dalam memberikan dukungan udara langsung, membersihkan jalan bagi pasukan darat dengan menghancurkan posisi musuh, unit artileri, dan titik-titik pertahanan penting. Koordinasi yang erat antara angkatan darat dan udara adalah ciri khas dari strategi Perang Kilat ini.

Konsentrasi kekuatan, khususnya pada unit lapis baja dan udara, menjadi faktor penentu lainnya. Jerman tidak menyebarkan pasukannya secara merata; sebaliknya, mereka memusatkan sejumlah besar tank dan pesawat pada satu atau beberapa titik serangan. Ini menciptakan kekuatan pukul yang luar biasa, mampu memecah belah pertahanan musuh dengan cepat. Setelah terobosan terjadi, unit-unit lapis baja tidak berhenti untuk menunggu infanteri, melainkan terus bergerak maju, menciptakan kepanikan dan kekacauan di belakang garis musuh. Musuh yang terkepung dan kehilangan komunikasi akan mudah menyerah atau dihancurkan.

Strategi Blitzkrieg pertama kali diperlihatkan secara efektif dalam invasi Polandia pada tahun 1939, dan kemudian disempurnakan dalam invasi Prancis, Belgia, dan Belanda pada tahun 1940. Keberhasilannya yang dramatis mengubah wajah peperangan modern dan menjadi studi kasus penting dalam sejarah militer.