Medan perang modern terus berevolusi, dan salah satu teknologi yang paling mengubah paradigma adalah Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau yang lebih dikenal dengan drone. Indonesia, melalui Tentara Nasional Indonesia (TNI), juga telah memasuki era drone militer, mengintegrasikan teknologi nirawak ini dalam berbagai aspek operasi pertahanan dan keamanan. Drone tidak lagi hanya menjadi alat pengintai, tetapi telah berkembang menjadi platform serbaguna yang mampu melakukan misi pengawasan, pengintaian bersenjata, hingga dukungan tempur.
Pada awal era drone militer, fungsi utama UAV adalah untuk pengintaian dan pengawasan (ISR – Intelligence, Surveillance, Reconnaissance). Drone memungkinkan pengumpulan informasi yang akurat dan real-time dari area yang berbahaya atau sulit dijangkau oleh personel manusia. Dengan kamera beresolusi tinggi, sensor inframerah, dan kemampuan streaming video langsung, drone memberikan gambaran situasi medan perang yang komprehensif kepada komandan. Ini sangat vital untuk perencanaan operasi, pemantauan pergerakan musuh, dan penilaian kerusakan setelah serangan. TNI Angkatan Darat (AD) telah menggunakan drone pengintai dalam beberapa operasi di wilayah perbatasan dan daerah rawan konflik untuk memantau aktivitas ilegal atau kelompok bersenjata.
Perkembangan paling signifikan dalam era drone militer adalah kemampuan drone untuk membawa persenjataan. Drone bersenjata atau Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV) memungkinkan serangan presisi terhadap target musuh tanpa menempatkan pilot dalam risiko. Meskipun detail spesifik tentang UCAV yang dioperasikan TNI mungkin terbatas untuk alasan keamanan nasional, Indonesia telah menunjukkan ketertarikan dan berinvestasi dalam pengembangan drone tempur. PT Dirgantara Indonesia (PTDI) misalnya, terus mengembangkan drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang berpotensi menjadi platform bersenjata di masa depan. Pengembangan ini sejalan dengan upaya kemandirian industri pertahanan Indonesia. Sebuah laporan dari Kementerian Pertahanan pada 18 Mei 2025, menyoroti pentingnya pengembangan kemampuan serangan presisi berbasis drone untuk mendukung operasi militer di masa mendatang.
Penggunaan drone dalam operasi militer membawa berbagai keuntungan: meningkatkan efisiensi dengan mengurangi waktu respons, mengurangi risiko bagi personel manusia, dan menghemat biaya operasional dibandingkan dengan pesawat berawak. Namun, era drone militer juga membawa tantangan baru, seperti ancaman siber, etika penggunaan senjata otonom, dan pertahanan terhadap drone musuh. TNI terus beradaptasi dengan tantangan ini melalui pelatihan khusus bagi operator drone dan pengembangan sistem anti-drone. Dengan terus mengintegrasikan teknologi drone, TNI memperkuat kemampuannya untuk menjaga kedaulatan dan keamanan Indonesia di medan perang yang semakin kompleks dan berteknologi tinggi.