Menjadi Prajurit Langit dalam unit operasi udara khusus seperti Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) TNI AU atau Air Force Special Operations Command (AFSOC) AS, menuntut lebih dari sekadar keahlian di udara; ia memerlukan Latihan Ekstrem dan kemampuan adaptasi yang luar biasa. Para prajurit ini adalah yang terdepan dalam misi-misi paling berbahaya di ketinggian, seringkali melibatkan infiltrasi, pengintaian, hingga pencarian dan penyelamatan tempur. Latihan Ekstrem yang mereka jalani membentuk mereka menjadi personel yang tangguh, siap menghadapi tantangan di dimensi udara yang dinamis.
Latihan Ekstrem bagi pasukan operasi udara mencakup serangkaian disiplin ilmu yang luas. Selain keterampilan tempur darat yang setara dengan pasukan elite lainnya, mereka juga harus menguasai keahlian khusus penerbangan. Ini termasuk terjun bebas militer (HALO/HAHO) dari ketinggian ribuan kaki, di mana presisi pendaratan sangat krusial. Mereka dilatih untuk mengendalikan peralatan penerbangan, mengidentifikasi target dari udara, dan melakukan operasi di bawah kondisi cuaca ekstrem, baik siang maupun malam.
Kemampuan adaptasi adalah kunci utama dalam Latihan Ekstrem ini. Lingkungan udara yang selalu berubah, dari turbulensi hingga visibilitas rendah, menuntut prajurit untuk dapat berpikir cepat dan menyesuaikan taktik di saat-saat kritis. Mereka dilatih untuk beroperasi dari berbagai jenis pesawat, termasuk helikopter angkut tempur dan pesawat sayap tetap, serta harus mampu berintegrasi dengan kru penerbangan yang berbeda-beda. Fleksibilitas ini memastikan mereka dapat menjalankan misi di mana pun dibutuhkan.
Aspek fisik dan mental juga digembleng tanpa henti. Prajurit harus memiliki stamina prima untuk menahan tekanan G saat bermanuver di udara, serta ketahanan mental untuk menghadapi situasi pertempuran yang intens dari perspektif udara. Latihan daya tahan, orientasi di udara, dan simulasi skenario kegagalan peralatan dirancang untuk mempersiapkan mereka menghadapi segala kemungkinan dan tetap fokus pada misi utama.
Sebagai contoh konkret, pada tanggal 12 Maret 2025, Satuan Bravo 90 Kopasgat TNI AU melaksanakan Latihan Ekstrem di Lanud Abdulrachman Saleh, Malang, yang mensimulasikan operasi pencarian dan penyelamatan tempur (CSAR) di wilayah musuh. Tim harus terjun payung dari ketinggian 10.000 kaki di malam hari, mengidentifikasi lokasi pilot yang jatuh, dan melakukan evakuasi dengan helikopter, semuanya dalam batas waktu yang ketat. Komandan Kopasgat, Marsda TNI Bagus Prabowo, dalam evaluasi pasca-latihan pada 13 Maret 2025, memuji kemampuan adaptasi dan profesionalisme tim dalam menyelesaikan misi di bawah tekanan tinggi.
Dengan demikian, Latihan Ekstrem adalah investasi tak ternilai untuk mencetak Prajurit Langit yang adaptif dan siap menghadapi tantangan di medan pertempuran udara. Mereka adalah tulang punggung dari setiap operasi yang membutuhkan kecepatan, presisi, dan superioritas di langit.