Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut (TNI AL) terus meningkatkan kesiapsiagaannya dalam menghadapi berbagai potensi ancaman maritim, salah satunya adalah serangan amfibi. Langkah konkret yang diambil adalah dengan menyiapkan “tameng pantai” yang kuat sebagai bagian dari upaya antisipasi serangan. Strategi ini melibatkan pembangunan infrastruktur pertahanan, penempatan personel dan alutsista strategis, serta peningkatan kemampuan deteksi dini di sepanjang garis pantai Indonesia yang sangat panjang.
Upaya komprehensif dalam antisipasi serangan amfibi ini melibatkan berbagai aspek. TNI AL tidak hanya memprioritaskan penguatan fisik pertahanan di titik-titik strategis yang dianggap rawan, tetapi juga secara signifikan meningkatkan kemampuan intelijen maritim untuk mendeteksi dan menganalisis potensi ancaman sejak tahap perencanaan. Peningkatan frekuensi dan intensitas patroli rutin di wilayah-wilayah yang berpotensi menjadi jalur invasi juga menjadi bagian integral dari strategi ini. Selain itu, sinergi dan koordinasi antar berbagai satuan di dalam tubuh TNI AL, termasuk Komando Armada, Korps Marinir, dan Pusat Hidrografi dan Oseanografi TNI AL (Pushidrosal), terus diperkuat melalui latihan gabungan berskala besar yang dirancang untuk menguji respons cepat dan efektif terhadap berbagai skenario antisipasi serangan dari laut.
Modernisasi alutsista memegang peranan krusial dalam mewujudkan tameng pantai yang efektif. TNI AL secara berkelanjutan berupaya melengkapi diri dengan kapal-kapal perang modern yang memiliki kemampuan anti-kapal pendarat yang mumpuni, sistem radar pantai dengan jangkauan dan akurasi tinggi untuk deteksi dini, serta mempersiapkan prajurit Korps Marinir sebagai garda terdepan yang memiliki keahlian khusus dalam taktik dan strategi pertahanan pantai. Kesiapan personel yang terlatih dan dilengkapi dengan peralatan tempur mutakhir menjadi fondasi utama dalam mewujudkan antisipasi serangan yang kredibel dan efektif.
Pada tanggal 11 Mei 2025, dalam sebuah simulasi масштабной pertahanan pantai yang melibatkan berbagai unsur kekuatan TNI AL di sekitar perairan Surabaya, Panglima Komando Armada II Laksamana Muda TNI Heru Kusmanto menegaskan bahwa kesiapan dalam antisipasi serangan amfibi merupakan prioritas tertinggi TNI AL. Beliau menekankan pentingnya penguasaan taktik dan prosedur operasi pertahanan pantai oleh setiap prajurit, serta sinergi antar unsur dalam menghadapi berbagai kemungkinan ancaman yang datang dari laut. Simulasi tersebut melibatkan demonstrasi kemampuan berbagai jenis kapal perang, pesawat patroli maritim, kendaraan tempur amfibi, serta taktik pendaratan dan pertahanan pantai oleh pasukan Marinir.
Dengan mengimplementasikan strategi tameng pantai yang kuat dan terintegrasi melalui berbagai upaya yang berkelanjutan, TNI AL menunjukkan komitmen yang teguh dalam menjaga kedaulatan dan keamanan wilayah maritim Indonesia. Langkah antisipatif ini diharapkan tidak hanya mampu memberikan efek deterens yang signifikan terhadap pihak-pihak yang berniat melakukan agresi melalui jalur laut, tetapi juga memberikan rasa aman dan kepastian bagi seluruh masyarakat pesisir Indonesia.