Pada awal 2024, junta militer Myanmar mengaktifkan undang-undang wajib militer yang sudah lama ada. Keputusan ini mengharuskan semua pria berusia 18-35 tahun dan wanita 18-27 tahun untuk menjalani wajib militer selama dua tahun, yang dapat diperpanjang. Kabar ini sontak memicu gelombang kekhawatiran dan keputusasaan di kalangan anak muda Myanmar, mengancam masa depan mereka secara drastis.
Pemicu dan Dampak pada Demografi Muda
Pemberlakuan Wajib Militer Myanmar ini diduga kuat karena junta menghadapi kekurangan personel di tengah konflik sipil yang memanas. Anak muda menjadi target utama untuk mengisi barisan militer yang menipis. Dampaknya sangat parah; banyak yang bersembunyi, melarikan diri ke luar negeri, atau bahkan terpaksa bergabung dengan kelompok perlawanan. Mereka dihadapkan pada pilihan sulit dan menakutkan.
Ketakutan akan Perang dan Pelanggaran HAM
Anak muda sangat takut akan prospek dikirim ke garis depan perang saudara. Konflik di Myanmar telah merenggut ribuan nyawa dan menimbulkan krisis kemanusiaan parah. Ada kekhawatiran serius mengenai pelanggaran hak asasi manusia, perlakuan tidak manusiawi, dan potensi menjadi korban kekerasan. Ini bukan hanya tentang tugas negara, tapi tentang bertahan hidup di tengah kekacauan.
Dampak Sosial Ekonomi yang Meluas
Pemberlakuan wajib militer ini juga menciptakan dampak sosial ekonomi yang meluas. Banyak bisnis kehilangan tenaga kerja muda, yang menyebabkan penurunan produktivitas dan investasi. Keluarga terpisah, dan banyak rencana masa depan hancur. Pendidikan dan karier anak muda terganggu, berpotensi menciptakan “generasi yang hilang” yang menghadapi ketidakpastian ekstrem.
Respons Internasional dan Panggilan Kemanusiaan
Komunitas internasional telah menyuarakan keprihatinan mendalam atas situasi ini. Berbagai organisasi hak asasi manusia mengecam tindakan junta. Ada desakan untuk menghentikan wajib militer paksa dan memastikan perlindungan bagi warga sipil, terutama anak muda. Bantuan kemanusiaan juga sangat dibutuhkan untuk menanggapi krisis pengungsian yang terjadi di dalam dan luar negeri.
Masa Depan yang Tidak Pasti bagi Anak Muda Myanmar
Masa depan anak muda Myanmar kini diselimuti ketidakpastian. Mereka adalah generasi yang seharusnya membangun kembali negara, namun justru dipaksa terlibat dalam konflik. Dunia harus terus memantau dan memberikan dukungan, karena nasib generasi ini akan sangat menentukan stabilitas dan perdamaian di Myanmar di tahun-tahun mendatang.